Selasa, 14 Februari 2012

Wudhu sejalan dengan mekanisme tubuh

Wudhu Sejalan dengan Mekanisme Tubuh

E-mail Print PDF

Tanpa disadari, seorang muslim telah menjalankan perilaku hidup bersih. Karena sebagai muslim yang taat pastilah rajin menjalankan ibadah shalat. Dan untuk itu seorang muslim harus menjaga kesucian fisik dengan wudhu atau mandi sebagai syarat sahnya shalat. Nah, secara langsung hal tersebut sudah termasuk perilaku hidup bersih. Bayangkan, dalam sehari seorang muslim wudhu minimal 5 kali. Saat itu pula dia membersihkan seluruh anggota badan terluarnya, yakni muka, mulut, tangan, kepala, dan kaki. Bagaimana pandangan pakar medis terhadap hal ini? Berikut wawancara Majalah Nur Hidayah dengan Prof. Dr. dr. Haryono, Sp.KK mengenai kebersihan yang dianjurkan agama Islam.

Sebagai dokter spesialis kulit, bagaimana tanggapan Dokter terhadap wudhu atau anjuran bersuci di dalam Islam?
Kebersihan sangat dianjurkan dalam Islam. Di sana ada wudhu, mandi, potong kuku, mencukur bulu ketiak dan sebagainya. Ibaratnya orang yang depan rumahnya ada sungai dan dia membersihkan diri lima kali di dalamnya. Tentu saja berbeda dengan mereka yang tidak pernah membersihkan diri. Kalau umumnya orang itu kan mandi dua kali sehari, nah ini wudhu lima kali sehari. Itu sudah baik sekali.
Adakah hubungannya dengan kesehatan kulit ditinjau dari segi medis?
Oya, sangat berhubungan. Kalau dicermati, wudhu itu kan membersihkan anggota badan paling luar; muka, tangan, kaki, kepala. Nah, kulit itu adalah bagian tubuh yang paling luar. Jadi dengan berwudhu secara rutin sama artinya menjaga kebersihan kulit. Kalau kulit bersih maka kesehatannya akan terjaga. Kulit sangat berperan terhadap kesehatan tubuh. Sebagai bagian terluar yang melindungi bagian dalam tubuh, kulit sangat berpotensi bersinggungan langsung dengan ancaman dari luar seperti kuman bakteri, virus, jamur, yang semuanya dapat menyebabkan terserang penyakit kulit misalnya infeksi atau radang.
Dapat diberikan contohnya seperti apa, Dok?
Kulit memiliki lima lapisan dari yang paling luar epidermis sampai kulit ari bagian paling dalam. Semuanya memiliki mekanisme regenerasi yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah swt. Tiap 3-4 pekan sekali kulit mengalami regenerasi. Nah, jika mekanisme ini terganggu, karena kurang bersih misalnya, maka timbullah penyakit atau gangguan kulit, baik yang bersumber dari mikroba atau zat kimia bahan kosmetika. Seperti sensitif terhadap merkuri dalam kandungan bahan kosmetika. Jika masuk ke pori-pori kulit bisa masuk dalam aliran darah, akibatnya dapat berbahaya bagi organ ginjal. Kulit yang tidak bersih mudah terserang jamur atau bakteri kuman dan virus. Karena itu anjuran untuk berwudhu setiap hari sangat sinkron dengan dunia kesehatan.
Berbicara soal kebersihan, bukankah sebuah paradoks manakala Islam sangat menganjurkan kebersihan tetapi masih ada saja umat Islam yang perilakunya kurang bersih?
Benar. Islam sendiri sangat baik dengan menganjurkan hidup dan berperilaku bersih. Bahkan hadits tentang kebersihan ini sangat masyhur, “Ath-thahuru minal iman, kesucian itu sebagian dari iman.” Tetapi umat Islam kan berbeda-beda dalam pengamalannya. Ada orang yang dapat mengamalkan dan ada pula yang karena keterbatasannya belum mampu mengamalkan sepenuhnya. Pertama, orang itu kurang menghayati ajaran agama atau syariat Islam. Kedua, bisa jadi karena level pendidikan sehingga kurang mengetahui tentang pentingnya menjaga kebersihan. Ketiga, dari aspek sosial-ekonomi mungkin kurang; adakalanya mandi di sungai dengan kualitas air rendah, rumahnya bocor sedang lantainya masih berupa tanah yang diratakan. Seperti itulah.
Lantas apa yang seharusnya kita lakukan sebagai muslim?
Sebagai sesama muslim mestinya kita berusaha mengamalkan ajaran agama secara kaffah. Adapun orang lain yang belum mengerti kita ajak untuk lebih memahami kemudian sama-sama mengamalkan. Yang terpenting bagi kita, umat Islam harus terbebas dari kemiskinan dan kebodohan, dua hal itu yang jadi pangkal keterbelakangan. Karena seorang muslim yang baik harus bersih luar dan dalam.
Bersih 'dalam' berarti semacam inner beauty begitu, Dok, maksudnya?
Ya. Istilahnya kecantikan luar dan dalam bagi wanita, punya inner beauty dan outer beauty. Outer beauty atau kecantikan luar yakni 'cantik' dan bersih secara fisik, baik pribadi maupun lingkungan. Sedangkan inner beauty-nya adalah kecantikan akhlak, hatinya bersih. Muslim yang baik akhlaknya juga baik tidak suka menyakiti orang lain.
Apakah itu seperti memiliki qolbun salim?
Ya, seperti itu. Qolbun salim adalah hati yang selamat, bersih, dan tenang. Hati ada tiga, yakni hati yang mati, hati yang sakit, dan hati yang sehat. Semua orang pasti menginginkan hati yang selamat, qolbun salim, karena itulah yang menjadikan hidupnya tenang. Itulah menjadi tujuan manusia hidup di dunia, selalu dalam kebaikan, sebagaimana doa yang dicontohkan dalam Al-Qur'an, “Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina 'adzabannar.” (Q.S. Al-Baqarah: 201). Bukan harta atau pangkat jabatan yang menjadi sebab ketenangan hidup tetapi hati yang bersih dari penyakit itulah yang menjadikan hidup tenang. Tak ada jalan lain untuk menjadi muslim yang kaffah kecuali dengan mengikuti contoh Rasulullah saw. Wallahu a'lam. (if)

(Sumber Majalah NH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar