Selasa, 14 Februari 2012


H. Muhammad Widus Sempo, MA

Dimensi Medis Sujud

7/2/2012 | 13 Rabiul Awwal 1433 H | Hits: 919
Oleh: H. Muhammad Widus Sempo, MA

Kirim Print
0
0diggsdigg
email

Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com - Allah SWT berfirman:
وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب [[۩]] ﴿١٩﴾
“Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (Q.S. al-Alaq [96]: 19)
Rasul SAW bersabda:
(أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ!).
“Hamba sangat dekat kepada Tuhannya dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa kalian di saat itu.”[[1]]
Dan sabdanya:
(وَخَيْرُ أَعْمَالِكُمْ الصَّلاَةُ).
“Dan sebaik-baik amalan kalian adalah shalat.”[[2]]
Isyarat-isyarat keurgensian shalat dalam teks-teks di atas telah ditafsirkan dan diejawantahkan oleh para ulama dari pelbagai dimensi. Bagi pemerhati rahasia dan hakikat shalat, khususnya para sufi, shalat adalah indeks bentuk-bentuk ibadah seluruh makhluk. Olehnya itu, shalat mengumpulkan kesempurnaan ibadah makhluk-makhluk lain.
Jika Anda ingin penjelasan lebih lanjut tentang ini, silakan simak secara saksama penuturan Ustadz Said Nursi di saat menyuguhkan telaah retorika terhadap salah satu jumlah dari pelbagai jumlah yang ada pada ayat ketiga Surah al-Baqarah sebagaimana berikut:
“Firman Allah SWT (وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةََ), Ketahuilah! Sesungguhnya model sistematika pada ayat ini yang menjadikannya sangat terkait dengan ayat sebelumnya sungguh sangat jelas, lebih jelas dari terik sinar matahari di siang hari. Yang diketahui bersama, di sana terdapat aneka ragam ibadah yang pelaksanaannya diperankan oleh anggota tubuh, tetapi yang disebutkan di sini hanya shalat saja. Sesungguhnya itu mengisyaratkan bahwa shalat adalah indeks, model, dan cermin terhadap ibadah-ibadah lain. Dia seperti Surah al-Fatihah terhadap Al-Qur’an, dan manusia terhadap alam. Semua itu karena ia meliputi apa yang disimbolkan ibadah puasa, haji, zakat, dan lainnya. Di lain sisi, dia pun melambangkan bentuk-bentuk ibadah semua makhluk, baik yang fitrah ataupun yang lahir dari pilihan mereka sendiri, seperti: malaikat yang hanya ruku’ saja, yang sujud, atau yang berdiri saja, dari batu yang sujud, pohon yang berdiri, dan hewan yang ruku…” [[3]]
Selanjutnya, beliau lebih jauh memaparkan fungsi maknawi shalat dengan mencoba mengemas rahasia-rahasia shalat dalam satu ikatan pemaknaan. Di sini beliau berkata:
“Kemudian, shalat itu sendiri ikatan kuat, kesempatan emas, dan layanan mulia antara hamba dan Tuhan, Sultan kerajaan abadi. Tentunya, jalinan ikatan tersebut sungguh sangat didambakan setiap ruh. Sementara itu, rukun-rukunnya mengoleksi rahasia-rahasia yang telah dijelaskan oleh «al-Futûhât al-Makkiyyah», [[4]] dan tentunya, rahasia-rahasia itu sangat digemari setiap dari mereka yang punya cita rasa. Di lain pihak, shalat adalah undangan khusus dari Allah yang Maha Kekal lima kali sehari semalam yang mengajak ke maharibaan-Nya untuk melantunkan munajat suci, sehingga ia pun terhitung sebagai Mi’raj orang-orang beriman. Olehnya itu, ibadah seperti ini pasti dirindukan oleh hati. Bukan hanya itu, ia melanggengkan goresan-goresan keagungan Sang Pencipta di hati dan menjadikan konsentrasi akal membujur terhadapnya guna menunjukkan kepatuhan terhadap keadilan Allah dan ketaatan terhadap aturan hidup-Nya. Manusia butuh kelanggengan goresan makna-makna tersebut karena mereka makhluk sosial secara fitrah. Wahai orang yang celaka karena meninggalkannya! Dan wahai yang merugi karena malas menegakkannya! Wahai yang bodoh karena tidak mengetahui nilainya! Maka kerugian, kesengsaraan, dan kehinaan terhadap jiwa yang tidak memuliakannya.”[[5]]
Hemat penulis, uraian ini membuka peti makna yang dikoleksi oleh hadits di urutan ketiga di atas.
Di lain tempat, para saintis merasa terpanggil membuktikan dimensi medis shalat setelah ia mengamini tetesan-tetesan rahasia shalat secara maknawi yang terkemas dalam pelbagai teks-teks Islam. Di antara dimensi medis shalat yang menggelitik perhatian mereka rahasia medis sujud yang diisyaratkan ayat pertama dan hadits kedua. Mereka dengan sendirinya berkata: “kenapa hanya sujud yang disebutkan pada kedua teks di atas? Bukankah shalat itu bukan hanya sujud saja? Penuturan ayat dan hadits tersebut pasti mengandung pelbagai makna. Tapi, apakah dimensi medis punya bagian dalam hal ini?”
Di antara temuan medis yang dilaporkan laboratorium mereka, seperti: sujud dapat mengurangi radiasi Elektromagnetik [[6]] di tubuh yang merusak sel-sel tubuh sehingga menyebabkan pelbagai penyakit, seperti: sakit kepala, kram dan nyeri otot, infeksi leher, capek, letih, dan cepat lupa. Jika muatan radiasi tersebut bertambah tanpa dikeluarkan maka ia dapat mengakibatkan kanker dan merusak embrio. Olehnya itu, muatan tersebut wajib dikeluarkan dari tubuh tanpa mengkonsumsi obat-obatan yang punya efek samping terhadap tubuh sendiri.
Yang membuat mereka dan yang lain takjub, muatan Elektromagnetik ini dengan mudahnya keluar lewat sujud. Dengan meletakkan dahi di tempat sujud gelombang muatan di atas mengalir berpindah dari tubuh ke tanah (tempat sujud), khususnya, di sujud itu sendiri terdapat 7 anggota tubuh yang menyentuh tanah, yaitu: dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki). Mereka saluran pembuangan yang menjalankan fungsinya dengan baik terhadap gelombang muatan tersebut. [[7]]
Laporan berikutnya dari mereka disampaikan oleh Dr. Abdu as-Syakur Abdul Latif yang menyimpulkan bahwa shalat dapat mencegah pingsan. Di sini beliau menyampaikan:
“di sana ada dua riset ilmiah yang menjelaskan bahwa sujud meningkatkan kesadaran dan mencegah pingsan. Salah satu dari kedua penelitian tersebut terlaksana di bawah pengawasan dr. Hagool dan dokter-dokter lain. Riset ini dipublikasikan pada tahun 1994 dalam sebuah buku “Cardiac Journal Arq Bras“. Dan kedua dilakukan oleh sekelompok ilmuwan medis Inggris yang dimuat dalam buku “Health Journal“. Mereka menyimpulkan bahwa sebab pingsan adalah kurang darah sehingga urat saraf terganggu.
Studi pertama memeriksa 122 penderita pingsan. Tekanan dan denyut jantung mereka dibandingkan sebelum makan dan sesudahnya, kemudian mereka diminta duduk di atas tempat tidur. Hasilnya, 52 dari mereka pingsan. Tetapi, dengan berbaring (mereka yang tidak pingsan) penyakit tersebut pergi dari mereka, dan faedah sujud melebihi faedah baring, mengingat darah di saat sujud mengalir dan berkumpul di otak.
Studi kedua memeriksa 24 penderita pingsan. Mereka diminta mengangkat kepala setinggi 75 derajat dan darah mereka diperiksa sebelum dan sesudah pingsan. Hasilnya, terdapat dalam tubuh mereka Beta Endorphin yang berlebihan sebelum pingsan, yaitu zat narkotika. Sementara itu, sujud mencegah tubuh dan otak untuk memproduksi zat beracun seperti ini.
Studi ini juga menunjukkan bahwa mereka yang terlalu angkuh dan menyombongkan diri untuk tidak sujud kepada Allah SWT terdapat dalam darah mereka zat kimia beracun.”[[8]]
Di samping itu, shalat dapat mengurangi komplikasi diabetes. Tentunya, temuan ini seperti mengibarkan spanduk besar yang menegur si penderita dengan tulisan ini: “wahai si penderita diabetes! Pujilah Allah yang tidak menurunkan penyakit kecuali disertai dengan obat! Apalagi jika obat penyakitmu itu adalah shalat. Ibadah yang memberikan Anda kesembuhan fisik, luapan makna, rahasia, dan hakikat kehidupan, dan memberikan pahala yang buahnya –insya Allah- dipetik di akhirat.”
Di sana ada beberapa penelitian yang dilakukan oleh Prof. Hiroki klen (Guru Besar Fakultas Kedokteran di Universitas Toho, Jepang) tentang pembuktian hakikat di atas. Penelitian tersebut dilakukan antara dua kelompok: kelompok pertama terdiri dari orang-orang sehat, dan kedua terdiri dari beberapa pasien diabetes. mereka menemukan bahwa berdiri terlalu lama sebab dari berkurangnya Albumin [[9]] yang terbuang lewat air seni setelah aliran darah ke ginjal tidak tersuplai dengan volume yang cukup. Tentunya, ini ancaman tersendiri terhadap buruh kerja yang menghabiskan kebanyakan waktu kerjanya dengan berdiri terlalu lama. Di sini, fungsi medis sujud nampak dengan jelas, ia mampu menyuplai darah ke jantung dan ginjal dan menyaring darah dari materi-materi beracun, seperti: urine dan Kreatinina. [[10]] Zat-zat ini dapat menyebabkan gangguan dan bahaya terhadap aktivitas otak dan saraf-saraf pusat. [[11]]
Sebelum saya mengajak para pemerhati tema-tema hikmah syariat menarik sebuah kesimpulan, Anda sekalian diajak melihat satu lagi temuan baru dari fungsi medis sujud. di antara riset ilmiah modern yang ditemukan ibadah ini punya kemampuan mencegah datangnya penyakit Varises (perluasan pembuluh darah. Umumnya, pembuluh darah nampak di bawah kulit seperti tali memanjang dengan warna ungu) dengan gerakan-gerakan tubuh saat ruku’ dan sujud yang mengaktifkan sirkulasi darah dan menormalkan kembali tekanan darah di seluruh tubuh.
Di studi lain, mereka melaporkan bahwa ruku’ dan sujud dapat menguatkan dan mengencangkan otot-otot perut, tangan, dan paha. Selanjutnya, gerakan-gerakan shalat dapat menambah aktivitas usus sebagai salah satu alat pencernaan. [[12]]
Di penghujung tulisan singkat ini, saya mengajak pemerhati tema-tema ilmiah di Al-Qur’an dan Sunnah menyuarakan kesimpulan sebagaimana berikut:
“Tidak ada alasan yang bisa diterima akal bagi mereka yang lalai atau sengaja meninggalkan shalat. Bukan hanya satu makna, rahasia, dan dimensi kehidupan yang datang menyapa Anda, melainkan ratusan makna. Apa lagi yang membuat Anda jauh dari pintu shalat? Bukankah ulama-ulama Islam, khususnya mereka yang menggeluti dunia tasawwuf, telah lama membeberkan luapan makna kehidupan dan ketuhanan yang dibiaskan ibadah ini? Apa lagi yang Anda tunggu untuk tidak sujud? Bukankah studi ilmiah para saintis telah melaporkan beberapa fungsi medis gerakan ini. Sekarang, mari menegakkan shalat dan memperbanyak doa di saat sujud sebagaimana yang dilakukan Rasul Saw.! Di antara doa sujud yang dipanjatkan beliau: [[13]] (اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى كُلَّه،ُ دِقَّهُ، وَجِلَّه،ُ وَأَوَّلَه،ُ وَآخِرَهُ، وَعَلاَنِيَتَهُ، وَسِرَّهُ)”

Catatan Kaki:
[[1]] Hadits ini dikeluarkan di Shahîh Muslim dari Abi Hurairah Ra, kitab Shalat, bab Mâ Yuqâlu fi ar-Rukû’ wa as-Sujûd, no. hadits: 1111, hlm. 233
[[2]] Syekh Syuaib al-Arnaûth dalam menjustifikasi hadits ini berkata:
“Hadits ini sah, perawi-perawinya tepercaya, dan semuanya termasuk perawi-perawi dalam Shahîh Bukhâri, kecuali Abdu ar-Rahmân bin Maesarah, beliau adalah Abu Salama al-Himsha, haditsnya diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibn Majah, dan dia Shadûq (yaitu perawi yang kadang periwayatannya tidak sempurna, sehingga derajatnya turun dari Tsiqah (yang periwayatannya kuat, jauh dari kesalahan) ke Shadûq), tetapi boleh jadi ia tidak mendengarkan hadits itu langsung dari Tsawbân. Olehnya itu, al-Hâfidz Ibn Hajar di at-Taqrîb menempatkannya di lapisan keempat, yaitu lapisan perawi-perawi dari generasi Tabiîn muda (Shigâr at-Tabiîn, yaitu mereka yang melihat satu atau dua orang dari sahabat dan sebagian dari mereka tidak meriwayatkan hadits dari sahabat, seperti al-A’masy dan yang lain) yang periwayatan mereka umumnya dari para Kibâr Tabiîn (yang periwayatan mereka dari sahabat, seperti: Said bin al-Musayyab).” [lihat: komentar ini di Musnad Imam Ahmad, no. hadits: 22414, vol. 37, hlm. 95]
[[3]] Bediuzzaman Said Nursi, Isyârât al-I’jâz fi Madzânnil Îjâz, diarabkan oleh Ihsân Qâsim as-Shâlihi, Sözler Publications, cet. 6, 2011, hlm. 49
[[4]] Lihat: Syekh Muhiddin al-Arabi Muhammad bin Ali, al-Futûhât al-Makkiyyah, Dar al-Kutub al-Arabiyyah al-Kubra, Mesir, cet. 1, 1329 H, bab 37 (في معرفة أقطاب، صل فقد نويت وصالك، وهو من منزل العالم النوراني), vol. 1, hlm. 192, bab ke 69 (في معرفة أسرار الصلاة وعمومها), vol. 1, hlm. 386
[[5]] Bediuzzaman Said Nursi, Op. Cit, hlm. 50
[[6]] Radiasi Elektromagnetik adalah kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. Cahaya yang tampak adalah salah satu bentuk radiasi Elektromagnetik. Gelombang Elektromagnetik ditemukan oleh Heinrich Hertz. Di antara benda lain, selain cahaya, yang memancarkan radiasi gelombang ini adalah kawat listrik, antena, dan benda-benda elektronik lain. Lihat definisi ini di website berikut:
http://www.scribd.com/doc/14352623/radiasi-elektromagnetik
[[7]] Lihat: artikel ini di website berikut: http://majdah.maktoob.com/vb/majdah7782/ dan:
http://www.benguerir.net/index.php/ar/component/content/article/183-فوائد-السجود-من-الناحيه-العلميه
[[8]] Abdu as-Syakur Abdul Latif, as-Sujud Yamnaul Igmâ’, muktamar internasional ketujuh tentang kemukjizatan ilmiah di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, Dubai, 1426 h, vol. 1, hlm. 42-43
[[9]] Albumin (bahasa Latin: albus, white) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut albuminoid. Pada manusia, albumin diproduksi oleh retikulum endoplasma di dalam hati dalam bentuk proalbumin . [Lihat artikel ini di: http://id.wikipedia.org/wiki/Albumin]
[[10]] Kreatinina (bahasa Yunani: κρέας, daging) merupakan produk hasil reaksi hidrolisis pada fosfokreatina yang terjadi di otot, yang terjadi dengan ritme yang cukup konstan (tergantung pada massa otot). Sejumlah besar kreatinina yang terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak diserap kembali ke dalam darah. . [Lihat artikel ini di: http://id.wikipedia.org/wiki/Kreatinina]
[[11]] Lihat: Abdu as-Syakur Abdul Latif, as-Sujûd Yuhaffif min Mudhâafât Maradh as-Sukkar, Muktamar Internasional tentang Mukjizat Ilmiah di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, hlm. 23-24
[[12]] Lihat: Abdu ad-Dâim al-Kahîl, Rawâî’ al-I’jâz fil Qur’an, hlm. 80 [artikel ini dimuat di website: www.keheel7.com]
[[13]] doa ini diriwayatkan oleh Abi Hurairah Ra dalam sebuah hadits. [lihat: Shahîh Muslim, kitab Shalat, bab Mâ Yuqâlu fi ar-Rukû' wa as-Sujûd, no. hadits: 1112, hlm. 233]

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18516/dimensi-medis-sujud/#ixzz1mR0eNibg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar