Selasa, 10 November 2015

Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Pembiasaan

dakwatuna.com – Anies Baswedan, siapa yang tidak tahu beliau. Seorang penggagas gerakan pemerataan pendidikan di daerah terpencil. Melalui programnya yang diberi nama Indonesia Mengajar, dia sudah mengangkat ratusan guru muda yang disebar ke berbagai pelosok negeri.
Mungkin gerakan tersebut yang sudah mengharumkan namanya, selain dia juga sebagai rektor di salah satu kampus besar di Jakarta. Kini di masa pemerintahan Jokowi, dia diangkat menjadi salah satu menteri dikabinetnya. Posisinya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Pengaruhnya dalam memajukan dunia pendidikan memang pantas diakui.
Setelah dia menjabat sebagai menteri pun, inisiasinya untuk terus meningkatakan mutu pendidikan tidak bisa dipungkiri. Salah satunya adalah mengajak para guru untuk terus memupuk karateri siswa. Salah satu cara yang dia sarankan adalah membangun karater melalui pembiasaan membaca buku. Kita sering sekali mendengar sebuah Tag Line “buku adalah jendela dunia”. Selain sebagai jendela dunia yang bisa mengantarkan pembacanya menuju titik terjauh di bumi ini, jika pembiasaan membaca ini diterapkan di dalam kelas, hal ini dapat membangun pembiasaan agar siswa mencintai buku, dan selalu berhasrat untuk membaca.
Dengan memanfaatkan waktu 10 menit di awal masuk sekolah, dapat memberi pengetahuan bagi siswa. Saat-saat pertama masuk kelas adalah kondisi di mana pikiran siswa masih sangat segar. Kemampuan mereka dalam berpikir dan menyerap pengetahuan baru sangat baik di jam ini.
Jika kita pergi ke daerah 3T (terpencil, terdalam, dan terluar), misal salah satu sekolah yang berada di pelosok Sumbawa Barat. Di sana masih banyak ditemui siswa yang bermasalah dalam kemampuan membaca. Siswa yang bermasalah dalam kemampuan membaca ini, bukan karena mereka tidak mau membaca, tapi tidak adanya motivasi dari luar, yang mampu mendorong mereka untuk rajin membaca. Bahkan masih ada sekolah yang menjadikan perpustakaan sebagai pelengkap administrasi untuk meningkatkan nilai akreditasi, sedangkan kebermanfaatnannya untuk penduduk di dalam sekolah sangat tidak optimal.
Dengan diberlakukannya pembiasaan membaca di awal masuk kelas, maka ada banyak manfaat yang akan didapat oleh sekolah, di antaranya:
  1. Pengoptimalan Perpustakaan Sekolah
Sudah sepatutnya sebuah sekolah dilengkapi oleh fasilitas seperti perpustakaan. perpustakaan merupakan fasilitas pendukung dalam belajar siswa dan guru. Jika fasilitas ini sudah ada, maka guru dan siswa tinggal mengoptimalkannya, agar buku yang ada tidak terlantar begitu saja.
  1. Menanamkan cinta buku
Penanaman sinta buku atau cinta membaca, dapat dilakukan dengan pembiasaan ini. Setiap harinya siswa dipertemukan dengan buku. “bisa karena biasa”, ungkapan ini bisa menjadi salah satu alasan kenapa siswa atau guru akan gemar membaca saat dilakukan pembiasaan. Jika telalu sering bertemu buku, maka akan ada dampak sulit untuk melupakannya.
  1. Tambahan pengetahuan
Siswa tidak selalu mendapatkan ilmu dari gurunya. Buku juga dapat memberikan banyak ilmu, bahkan informasi yang disampaikan oleh buku lebih melimpah. Guru terbatas oleh ruang dan waktu, sedangkan buku dapat dibaca di mana saja, dan kapan saja.
  1. Meningkatkan kemampuan membaca cepat
Anak bisa membaca dengan lancar merupakan efek dari kebiasaan mereka memabaca. Sehingga kemampuan membaa juga membutuhkan kebiasaan, layaknya berbicara, anak akan semakin lancar berbicara jika dia terus belajar berbicara.
Bagi siswa yang bermasalah dalam kemampuan membaca, misal masih mengeja, sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk mendampinginya. Dengan bimbingan guru inlah, siswa yang terlambat dapat menyusul kemapuan siswa-siswa lainnya dalam meningkatkan kemampuan membaca.

Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini

dakwatuna.com – Kejahatan seksual pada anak belum juga berhenti. Hampir setiap hari kita mendengar berita miris ini. Soalnya, predator anak bergentayangan mencari mangsanya tanpa kenal lelah. Dengan jurus jitu, si penjahat ini mampu menaklukkan korban tanpa terdeteksi sejak dini. Dengan memanfaatkan kepolosan anak, sang pemburu seks ini melancarkan aksinya. Diawali dengan bujuk rayu, memberikan bantuan, harapan, perhatian sampai pada ancaman dan kekerasan, akhirnya korban keganasannya berjatuhan satu persatu. Ironisnya, kejahatan ini baru terbongkar dan pelakunya baru ditangkap setelah puluhan anak menjadi korban kebuasan seksnya. Yang sulit diterima akal sehat, pelaku kejahatan seksual tidak hanya dilakukan oleh orang asing atau orang baru bagi anak akan tetapi juga dilakoni orang terdekat. Tidak satu dua kali kita mendengar kabar, seorang ayah teganya menggagahi anaknya sampai hamil, seorang abang mengganggu adiknya, bahkan seorang kakek menyudahi cucunya. Ayah atau kakek yang sejatinya menjaga dan melindungi anak keturunannya agar selamat dunia akhirat namun justru ikut serta merusak diri dan masa depan anak cucunya. Sudah separah inikah negeri ini hingga tidak ada orang yang dapat dipercaya lagi untuk melindungi diri seorang anak. Hal inilah yang membuat orang tua (khusus ibu) merasakan kecemasan dan ketakutan atas keselamatan anaknya dari kejahatan seksual.
Memang banyak penyebab merajalelanya perbuatan yang abnormal ini. Di samping penyimpangan seksual yang dimiliki oleh orang bejat itu, juga disebabkan tidak adanya ketahanan dan pembelaan diri anak atas kejahatan seksual yang dilancarkan orang lain pada dirinya. Kondisi ini bisa terjadi karena sangat terbatasnya bahkan tidak adanya pengetahuan seks yang dimiliki anak sebagai bekal untuk mempertahankan dan menyelamatkan diri. Makanya banyak para pemerhati keselamatan anak dan penggiat perlindungan anak mengampanyekan pentingnya pendidikan seks pada anak sejak usia dini. Edukasi ini dilakukan agar anak memiliki pengetahuan tentang diri dan organ seksnya serta cara melindungi diri sehingga bisa terjaga dari orang-orang yang berniat jahat pada dirinya.
Pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan mempermudah anak dalam mengembangkan potensi dirinya, meningkatkan harga dan kepercayaan diri, memiliki kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif serta pertahanan diri dari marabahaya. Di sinilah peran orang tua benar-benar penting dan menentukan, karena merekalah yang paling mengenal diri dan kebutuhan anaknya. Ayah bunda yang lebih mengetahui perubahan dan perkembangan anak setiap saat. Di samping juga orang tua yang paling dekat dan memahami karakter anaknya. Dengan demikian orang tua bisa memberi pendidikan seks secara alamiah sesuai tahapan-tahapan perkembangan anak yang menjadi tanggungannya.
Dalam menyampaikan pendidikan seks pada anak tidak bisa secara instan namun memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan. Orang tua harus sabar dalam memerankan tugas ini sehingga anak dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan padanya. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan dengan pendekatan pribadi, orang tua dapat menyampaikan hal-hal prinsip berkaitan dengan seks yang harus diketahui anak. Di sinilah kepiawaian orang tua dalam melaksanakan pendidikan seks pada anaknya dalam keluarga. Sebagai unit terkecil dan pertama maka keluarga harus dapat memenuhi kebutuhan anaknya termasuk dalam hal pendidikan seks. Makanya paradigma yang menyatakan bahwa pendidikan seks pada anak usia dini merupakan suatu hal yang tabu hendaknya segera dihapus dalam kamus pikiran orang tua. Dengan demikian orang tua akan dapat melaksanakan tugas ini dengan baik dan benar tanpa terbebani.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus diberikan orang tua pada anaknya berkaitan dengan pendidikan seks pada usia dini. Pertama, orang tua harus memperkenalkan bagian tubuh penting yang dimiliki anak (maksudnya alat vital) beserta fungsinya. Orang tua harus mampu mengemukakan pada anak agar dapat menjaga dan memelihara alat vital tersebut dari gangguan dari siapa saja. Sejak dini orang tua sudah menggambarkan pada anak bahwa alat vital dan bagian tubuh lainnya yang sensitif merupakan aurat yang harus dijaga dan ditutup rapat. Tidak boleh satu orang pun yang boleh melihat apalagi meraba alat tersebut karena akan menimbulkan bahaya besar bagi dirinya. Anak diajarkan agar jangan membiarkan bagian tubuhnya seperti bibir, dada, paha, dan kemaluannya dipegang dan diraba orang lain. Apabila hal ini terjadi maka si anak diminta menghindar atau melawan untuk keselamatan dirinya.
Kedua, orang tua harus menanamkan rasa malu pada anak sejak usia dini. Sifat ini akan membantu anak dalam menjaga dan memelihara aurat atau kehormatannya. Anak yang sudah mulai memahami hal ini sesuai dengan usianya akan mampu menjaga dirinya, seperti tidak akan buang air kecil dan besar di tempat terbuka, menukar pakaian di hadapan orang lain dan tidak menampakkan auratnya. Sering terjadi kejahatan seksual pada seorang anak disebabkan oleh tidak rapinya pakaian anak sehingga bagian tubuhnya kelihatan. Sekalipun berada dalam rumah, anak perempuan tetap hendaknya memakai pakaian yang sopan dan yang tidak merangsang. Ini sebagai antisipasi terjadinya kejahatan seksual dari kalangan keluarga terdekat.
Ketiga, mengajarkan pada anak tata krama dalam pergaulan atau pertemanan sejak usia dini. Anak laki-laki sebaiknya bermain dengan anak laki-laki. Demikian juga dengan anak perempuan hendaknya bermain sesama perempuan juga. Apabila hal ini sudah ditanamkan sejak usia dini maka tentu anak perempuan akan risih dan tidak nyaman sekiranya ada laki-laki dewasa asing yang mendekati dirinya apalagi sampai melakukan sesuatu yang tidak diingini seperti memegang bagian tubuh, mengelus dan merabanya bahkan lebih dari pada itu. Sering kejahatan seksual menimpa anak ketika dirinya membiarkan orang lain meraba tubuhnya .
Keempat, orang tua harus memisahkan tempat tidur atau kamar anak laki-laki dengan anak perempuan. Hal ini mengajarkan bahwa memang anak laki-laki dengan anak perempuan itu berbeda kodrat dan organ tubuhnya. Masing-masing anak memiliki spesifik tersendiri dan hal yang berbeda baik dari segi fisik maupun dari sisi psikisnya. Dengan pemahaman ini, anak akan berusaha tampil sesuai dengan identitasnya. Makanya, orang tua harus memberikan mainan atau pakaian sesuai dengan jenis kelamin anaknya seperti mobilan untuk laki-laki dan boneka untuk perempuan atau laki-laki dengan celana panjangnya dan anak perempuan dengan rok dan jilbab manisnya.
Kelima, orang tua harus menjaga tontonan anak. Orang tua harus mampu mengedukasi anaknya tentang film atau drama yang layak ditontonnya. Orang tua tidak bisa memberikan kebebasan pada anak dalam hal menonton dan menyaksikan siaran televisi. Pasalnya, tak jarang kejahatan atau pelecehan seksual justru dilakukan seorang anak di bawah umur berawal dari tontonan yang tidak benar. Kita tentunya pernah mendengar anak laki-laki yang masih duduk di bangku SD memperkosa adiknya atau teman perempuannya. Oleh karena itu, dengan mendampingi anak dalam menonton dan memilih tontonan yang sehat maka anak akan terhindar dari melakukan kejahatan seksual.

Senin, 02 November 2015

 Eksplorasi Tema ; Membuat bakso bakar.

Teman- teman antusias memperhatikan Ustadzah Rifa. Mulai dari mengoles mentega, kecap, hingga sesi terakhir....Bakar-bakar....kipas- kipas...Jadilah Bakso Bakar ala kelas A1
Kegiatan Bulan September 2015



 Kegiatan Tengah Semester :
Siraaaam....siraam....ada kebakaran. Bukan kebakaran sungguhan lho Ayah Bunda. Ini merupakan simulasi kebakaran besar dan menggunakan alat pemadam yang di namakan kredamkar (kereta Pemadam Kebakaran). Kami bekerjasama dengan tim BOKOMI (Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas). Ada beberaga peraga mulai dari simulasi kebakaran kecil hingga kebakaran besar yang di kemas dengan menarik melalui games. Kegiatan ini di laksanakan Oktober 2015.

 Merawat Tanaman.
Dengan program green school ada beberapa area yang alhamdulillah sudah bisa di manfaatkan untuk menanam buah, sayur, dan toga. Anak- anak di perkenalkan berbagai macam cara merawat tanaman. Menyiram tanaman, membersihkan daun yang sudah kuning, menyiangi rumput, dan yang paling seru yaitu saat panen tiba.



Finger painting.
Adik- adik Kelompok Bermain semangat mengikuti lomba finger painting dan mendengarkan arahan dari Ustadzah Ulli dan Ustadzah Budi. 

Allahuakbar...walillahilham....
Gema suara takbir anak- anak mengiringi proses penyembelihan hewan qurban. Kegiatan ini melibatkan walimurid dan masyarakat sekitar. 


 Berkreasi dengan tutup botol.


 Manasik Haji Kecil


Membuat kerajinan tangan dari pasir dan kerang di sentra kerajinan.