Jumat, 17 Februari 2012

Keluarga dan DampakTelevisi

E-mail Print PDF
Keluarga harus terbentengi dan terfilter dari seluruh informasi dan tayangan TV yang merusak yang menjerumuskan ke dalam lembah kehinaan di dunia dan akhirat. Itulah yang ditegaskan Allah swt. dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim: 6) Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, lembaran kehidupan manusia tidak pernah lepas dan selalu diwarnai nilai-nilai yang lahir dari produk-produknya seperti televisi, internet, game online, BBM, dan lain-lain. Produk-produk ini menjadi aksesoris yang sangat penting, tidak hanya menghiasi rumah dan perkantoran, akan tetapi juga melekat dengan diri mereka. Bagi seorang muslim, semua ini harus bisa dijadikan sebagai sarana untuk membangun kesalehan diri, memperbaiki amal shaleh, memperindah akhlak dan untuk mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Sehingga termasuk dalam kategori hadits Rasulullah saw.: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang bila meninggalkan apa-apa yang tidak berfaedah.”  (HR Imam At-Tirmidzi)

Bahaya Televisi
Pertanyaannya; apakah produk-produk ini berbahaya bagi kehidupan kita? Apakah hal ini bertentangan dengan makna ibadah yang merupakan tujuan kehidupan ini? Dan apakah sangat bermanfaat bagi kita untuk memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan sepanjang kita bisa dan mampu mengelolanya?

Kemajuan teknologi informasi bisa berdampak positif atau negatif. Hal ini sangat tergantung  pada penggunanya. Apakah mereka akan memanfaatkan sisi positifnya atau sebaliknya. Di antara pengaruh utama dari banyaknya menonton TV adalah rendahnya tingkat partisipasi sosial dari orang-orang yang suka menonton televisi karena terlalu banyak menghabiskan waktunya di depan televisi tanpa harus memilah dan memilih acara atau program yang bermanfaat.

Pendeknya, sesungguhnya ada pesan dan target  utama dari tayangan TV bagi keluarga muslim bila tidak dikelola dengan manajemen yang Islami : Pertama; sarana ghazwul fikri (perang pemikiran) dan merusak akhlak. Kedua; sarana sosialisasi budaya permisif, konsumtif, materialis dan hedonis Ketiga; sarana menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berfaedah.

Tiga hal ini bisa muncul bila yang mengelola media elektronik adalah orang yang hanya bertujuan untuk mengejar keuntungan tanpa memperhatikan sisi education. Dan juga orang-orang yang mempunyai tujuan untuk merusak moral anak bangsa dan menjauhkan pemuda dari nilai-nilai agama. Maka yang muncul di layar televisi, internet dan media elektronik lainnya, hanyalah program-program yang berbau pornografi, mendorong hubungan bebas, sekuleris, budaya hidup permisif dan materialis. Ada ungkapan Samuel Zuemer di hadapan para misionaris pada tahun 1935 di Al-Quds, Palestina: “Tujuan kalian bukan untuk mengeluarkan mereka dari agamanya, akan tetapi memutuskan hubungan dari tali agama sehingga tidak memiliki ikatan akhlak yang kuat…”

Sikap Kita Terhadap televisi

Dalam mengisi kehidupan yang fana ini, perlunya kita memperhatikan kembali keshalehan pribadi dan keluarga berkaitan dengan media elektronik. Keluarga harus terbentengi dan terfilter dari seluruh informasi dan tayangan TV yang merusak yang menjerumuskan ke dalam lembah kehinaan di dunia dan akhirat. Itulah yang ditegaskan Allah swt. dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahriim: 6)

Berangkat dari perenungan ayat ini, maka kita harus bersikap secara benar terhadap beragam tayangan televisi. Agar kita benar-benar bisa menjaga diri dan keluarga kita dari hal-hal yang tidak berfaedah yang berujung pada kerugian besar dan  tidak membiasakan diri menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV tanpa memilah dan memilih program yang berfaedah dan bermakna bagi kehidupan keluarga.

Rasulullah saw. bersabda: Dari Ibnu Mas’ud r.a. secara marfu’: “Rasa malu kepada Allah swt. bila kamu menjaga kepala dan isinya, perut dan yang di dalamnya dan hendaklah kamu mengingat kematian dan kehancuran. Maka barang siapa yang melakukan itu, sungguh dia telah memiliki rasa malu yang sebenarnya kepada Allah.” (H.R. Imam At-Tirmidzi)

Jadi, yang perlu kita perhatikan pada tayangan dan program TV adalah:
Pertama; Memilah dan memilih program yang bermanfaat dan memiliki nilai education. Jangan sampai kita membiarkan diri kita larut dalam pilihan yang salah bahkan menjerumuskan anak-anak kita. Orang tua harus mendampingi anak-anak dalam menikmati tayangan TV. Tidak hanya mendampingi saja, tapi mengarahkan kepada hal-hal yang baik dan benar untuk masa depannya. Jangan sampai menjadi generasi yang mengabaikan ibadah dan mengikuti hawa nafsunya. Apalagi sangat banyak tayangan sinetron yang tidak mendidik para pemuda, bahkan menjerumuskan mereka untuk mengikuti dan meneladani hal-hal yang mengarah pada dekadensi moral dan budaya permisif.

Allah swt. berfirman: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan, Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (Q.S. Maryam: 59-60)

Kedua; Memperhatikan waktu secara tepat. Jangan sampai ada satuan waktu yang berlalu tanpa ada satuan kebaikan yang terbangun. Jangan biarkan waktu-waktu kita berlalu dengan tayangan-tayangan gosip, ghibah, pornografi dan pornoaksi.

Orang bijak berkata: “Apabila kamu bicara, ingatlah bahwa Allah swt. mendengar kamu dan apabila kamu diam, maka ingatlah bahwa Dia melihatmu.” (dari Imam Ahmad bin Mani’). Wallahu a’lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar