Bagaimana Menjadi Mar’atush Shalihah?
Rubrik: Wanita |
Oleh: Wita Wahidah - 30/09/13 | 17:18 | 25 Dhul-Qadah 1434 H
- Ada 1 komentar
- 3486 hits
- 3 email
Sahabat dakwatuna, apa sih mar’atush shalihah itu?
Mar’atush shalihah adalah wanita shalihah. Kita sebagai perempuan, betapa indahnya jika tidak hanya menjadi sekadar wanita, bukan? Tetapi mampu memiliki julukan yang indah yaitu perempuan shalihah. Allah SWT sudah menciptakan wanita dengan begitu istimewanya, dengan berbagai anugerah yang hanya Allah berikan kepada kaum wanita. Contoh kecilnya saja, wanita diberikan rahim. Dengan rahim tersebut kita sungguh telah istimewa, namun kita bisa lebih istimewa ketika kita menjadi wanita yang shalihah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash –radhiallahu’anhuma- bahwa beliau Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda :
Dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan itu adalah seorang wanita shalihah.
Lalu bagaimana karakteristik wanita shalihah itu? Sebenarnya ada banyak sekali faktor/aspek yang bisa menjadi indikator seorang wanita disebut shalihah, berikut ada beberapa ciri-ciri inti yang bisa kita lakukan dengan kesungguhan hati untuk meraih Ridha Ilahi dengan jalan menjadi wanita shalihah, di antaranya:
1. Muslimah (yang berserah/berpasrah diri kepada Allah SWT)
“Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang diberi Kitab dan kepada orang-orang yang buta huruf, “Sudahkah kamu masuk Islam?” jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 20).
Ciri pertama sebagai dasar kita untuk menjadi wanita shalihah yaitu muslimah, yang dapat diartikan berserah diri kepada Allah SWT. Sesungguhnya kita sebenarnya sudah mengantongi ciri pertama ini, mengapa demikian? Karena ketika kita shalat dan membaca doa iftitah, di sini jelas ikrar kita kepada Allah yaitu sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam. Namun, itu semua tidak cukup dengan ucapan. Yang perlu kita lakukan adalah dalam prakteknya, selalu berserah diri kepada-Nya, semua urusan-urusan hidup dan mati kita hendaknya kita serahkan semua pada Allah. Dialah yang Maha Mengatur, semua teks skenario sudah Allah berikan untuk kita, kita hanya memainkan peran dengan berupaya sebaik-baiknya. Bukankah semua yang terjadi pada diri kita, telah Allah tulis jauh-jauh hari sebelum kita berada di dunia ini?
2. Mukminah (orang yang beriman)
“Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib, tetapi akan memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, maka kamu akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. Ali Imran: 179).
Wanita yang percaya dan berusaha benar-benar mengimani rukun iman, insya Allah ia akan menjadi perhiasan yang terindah itu.
3. Qonitat (taat)
“Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surge-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. An-Nisa: 13).
Bagi wanita yang belum bersuami, tentunya selain taat kepada Allah dan rasul-Nya, ia juga harus taat kepada kedua orang tuanya, karena ridha mereka adalah ridha Allah. Banyak hal yang bisa dilakukan kita sebagai perempuan untuk taat kepada orang tua, di antaranya senantiasa patuh terhadap mereka, selama itu tidak bertentangan dengan ajaran-Nya. Birrul walidain, adalah hal wajib yang hendaknya kita lakukan, banyak cara untuk taat selama mereka masih hidup, raih ridha Allah dengan banyak berbuat baik kepada orangtua.
Nah, kalau wanita yang sudah menikah, tentunya ridha Allah sudah bukan lagi tergantung ridha orangtua, melainkan tergantung pada ridha suami. Maka dari itu, taatnya wanita yang sudah menikah adalah taat kepada suaminya. Banyak bentuk taat kepada suami, beberapa di antaranya yaitu patuh terhadap apa yang diperintahkan selama masih sesuai dengan agama-Nya, pandai memelihara kehormatan dirinya, dan pandai menjaga harta suaminya. Terlebih jika ia menyejukkan hati jika dipandang suaminya. Sungguh Allah memberikan banyak sekali jalan untuk kita meraih surga-Nya.
4. Sabar
“Sungguh pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka; sungguh mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” (Q.S. Al-Mu’minun: 111)
Sabar menurut bahasa adalah melarang dan menahan, namun menurut syar’i adalah menahan diri dari keluh kesah, Menahan lidah untuk tidak mengeluh, dan mengekang tubuh untuk tidak berbuat zhalim. Sabar juga merupakan kekuatan hati atau jiwa yang dapat memperbaiki kualitas diri dan perilaku pemiliknya. Untuk menjadi wanita shalihah, berkeluh kesah kepada Allah adalah hal yang dianjurkan, karena hanya kepada Dia tempat mengadukan segala urusan, baik itu berupa kesenangan, maupun keluhan. Dialah pemilik hati, Dia yang mampu memberikan kekuatan serta kesabaran saat kita sedang dilanda cobaan. Sabar terbagi dalam tiga bagian, yakni sabar dalam melaksanakan perintah Allah, hingga ditunaikannya dengan sempurna, sabar dalam menjauhi larangan Allah hingga tidak melakukannya, serta sabar dalam menghadapi kesusahan hingga tidak berkeluh kesah.
Sabar itu tidak hanya ketika kita mendapat masalah atau cobaan, namun ketika kita berdakwah pun butuh sekali yang namanya kesabaran, karena Rasulullah dan para sahabat terdahulu sangat sabar dalam syiar agama Islam, dan jika sabar itu tidak ada dalam diri para pendakwah, maka dakwah tidak akan mampu tersebar luas, dan Islam akan sulit berjaya.
5. Khosyi’ah (khusyu’ atau tunduk)
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 45-46).
Menjadi mar’atush shalihah, hendaknya khusyu’ dalam tiap ibadah yang dikerjakan, sungguh-sungguh serta tunduk. Berkeyakinan bahwa Allah SWT selalu mengawasi dalam tiap ibadah kita, terutama ketika sedang shalat. Apabila hati telah khusyu’ maka anggota badan akan mengikuti kekhusyu’an itu. Khusyu’ bisa juga diartikan fokus, benar-benar merasakan kehadiran Allah SWT, sehingga akan timbul ketenangan dan ketenteraman pada hati.
6. Mutashoddiqoh (orang yang menginfakkan harta di jalan Allah)
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).
Ini salah satu perbedaan antara wanita biasa, dengan wanita shalihah J mengapa?
Karena biasanya seorang wanita cenderung senang membelanjakan hartanya, baik itu untuk kebutuhannya sehari-hari maupun untuk memuaskan hasrat belanjanya. Terlebih jika wanita yang sudah berumah tangga, harta yang didapat dari suaminya sudah semestinya dia pergunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kebutuhan rumah, kebutuhan pribadi, dll. Semua itu tidak salah, asalkan tetap dalam tahap wajar dan tidak termasuk dalam pemborosan. Namun, ada satu hal istimewa dari seorang wanita yang shalihah, yaitu ia senantiasa membelanjakan hartanya untuk agama Allah, seperti untuk kepentingan dakwah di jalan Allah.
Berinfak di waktu lapang maupun sempit, merupakan keunggulan dari wanita shalihah, meskipun ia sedang dalam kesulitan, tetapi ia tak ragu untuk memberikan hartanya kepada yang membutuhkan. Anjuran untuk berinfak di waktu lapang, yaitu salah satunya untuk menghilangkan dari perasaan cinta terhadap harta. Sedangkan berinfak di waktu sempit, adalah untuk menumbuhkan sikap suka memberi daripada diberi. Sebenarnya sesulit apapun kondisi manusia, ia tetap dapat memberikan sesuatu di jalan Allah, tidak hanya dengan harta, melainkan dengan jiwa, raga, tenaga, pikiran serta hati yang dapat digunakan untuk agama Allah.
7. Berpuasa
“Aku pernah mendatangi Rasulullah seraya berkata: Perintahkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke Surga. Beliau menjawab: Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu merupakan amalan yang tiada tandingannya. Kemudian aku mendatangi beliau untuk kedua kalinya dan beliau pun berkata dengan nasihat yang sama.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Hakim).
Hendaknya wanita muslimah mengetahui bahwa puasa itu mengajarkan kesabaran serta menambah keimanan. Juga mengajarkan pengendalian diri dan tingkah laku yang baik.
Selain puasa Ramadhan, wanita muslimah juga dianjurkan untuk berpuasa sunnah, seperti puasa senin kamis, di hari Arafah, hari Asyura’, enam hari di bulan Syawal, puasa di bulan Sya’ban, pada bulan Muharram, dll. Wanita yang rajin berpuasa, insya Allah akan mendapat keistimewaan yaitu masuk Surga melalui pintu yang bernama Ar-Rayyan.
Untuk wanita yang telah menikah, sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada suami ketika ingin berpuasa sunnah. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Janganlah seorang wanita berpuasa pada suatu hari, ketika sang suami berada di sisinya, melainkan dengan izinnya. Kecuali pada bulan Ramadhan.” (Muttafaq Alaih).
8. Menjaga kesucian diri
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaknya mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya . . .” (Q.S. An-Nuur: 31).
Wanita yang ingin menjadi wanita shalihah, hendaknya ia senantiasa memelihara kesucian dirinya, menjaga kemaluannya, dan menutup aurat sesuai syariat. Jadikan diri wanita shalihah adalah sebagai perhiasan yang terindah. Ia sangat berharga, senantiasa belajar dan berusaha untuk menjaga dirinya agar tidak ternoda oleh hal-hal yang diharamkan.
Mengapa Allah begitu tekankan masalah aurat wanita? Karena aurat wanita adalah hal yang sering dianggap sepele oleh kita para wanita. Padahal justru menutup aurat itu adalah wajib hukumnya.
9. Gemar berdzikir
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Ahzab: 41-42).
Mengingat Allah membuat hati menjadi tenang, mengapa? Sebab dengan kita banyak mengingat Allah di setiap waktu, maka setiap langkah, ucapan dan perbuatan akan senantiasa berpedoman dengan ajaran Allah, dan sungguh dosa yang kita perbuat menjadikan hati senantiasa gelisah. Maka dengan mengingat Allah, kita akan bersabar untuk tidak melakukan maksiat, sehingga hati akan selalu tenang dan damai.
Salah satu cara ampuh untuk selalu mengingat-Nya yaitu dengan mengingat kematian. Dengan cara ini, seseorang akan setiap waktu ingat dengan Allah, ingat dengan akhirat, ingat bahwa kapan saja Allah akan memanggil kita. Sehingga kita ingin banyak berbuat kebaikan, serta berusaha menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan.
Ingat Allah ketika lapang maupun sempit, ketika sedang gembira maupun sedih, ketika sedang dalam kemudahan maupun kesulitan. Ingatlah Allah, maka Allah akan mengingat kita.
Itulah beberapa ciri-ciri mar’atush shalihah yang bisa kita lakukan agar kita bisa menjadi wanita yang shalihah. Sungguh wanita shalihah itu bagaikan perhiasan yang terindah, dan perhiasan itu tidak akan dihasilkan dengan mudah, tidak akan didapat di sembarang tempat. Ia sudah ditempa, dibentuk sedemikian rupa agar bisa menjadi perhiasan yang benar-benar indah.
Menjadi wanita shalihah tidaklah mudah, namun juga tidaklah sulit, dengan kita bersungguh-sungguh berupaya meraihnya, maka dengan itu kita sudah istimewa.
Semoga saya, sahabat dakwatuna, dan wanita di manapun yang saat ini sedang berusaha belajar untuk menjadi wanita yang shalihah, yang mau memperbaiki dirinya menjadi wanita shalihah di akhir zaman, senantiasa diluruskan niatnya oleh Allah SWT, diampuni dosa-dosanya, dan mendapat ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb.
Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/09/30/39981/bagaimana-menjadi-maratush-shalihah/#ixzz2km5sLMRR
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook